Selamat malam, kamu^^
Atau mungkin selamat siang?
Selamat sore?
Atau pagi kah disana?
Entahlah, aku tak tau lagi dimana kau sekarang..
Tapi anggap saja ketika kau membacanya di malam hari..
Malam ini cerah ya. Bintang-gemintang bertabur laksana pasir di bibir pantai. Rembulan menyabit sempurna ke arahku. Tapi selalu saja ada yang kurang. Ya, kau, kapten!
Aku tahu rasa ini tak kaubalas, tak kautahu. Namun aku tak pernah marah, aku tak pernah protes. Cinta itu bukan hanya untukku, banyak cinta yang lain yang menunggu sapamu. Lalu apa andilku? Tidak ada!
Akulah pecundang yang tak pernah berani bahkan untuk sekedar menegurmu. Yang selalu takut kehadiranku kausadari. Yang selalu nyaman menikmati selaksa punggung yang kuharap tak pernah berbalik ke arahku. Bodoh kan? Tapi itulah caraku mencintaimu, itulah cara memujimu. Jika kau tak terima pun aku takkan berhenti. Tapi aku akan selalu menjamin, rutinitasku ini takkan mengganggu hidupmu, sedikit pun!
Mencintai itu merelakan. Terkadang yang paling dicintailah yang harus direlakan. Dan aku telah merelakanmu untuk sama sekali tidak mencintaiku. Lebih tepatnya bukan merelakan, tapi menerima. Menerima kenyataan pahit yang kutelan manis-manis..
Jika laksana bintang, kau adalah bintang di malam kelabu. Ada, namun tak pernah bisa kunikmati. Jelas saja, aku bukan untukmu..
Aku telah dua kali berhasil mengucapkan selamat ulang tahun kepadamu, berarti sepanjang itulah aku memujamu.. dua kali berulangtahun bukan waktu yang singkat bukan? Tapi aku menikmatinya, meresapi alirannya..
Entah kekuatan magis apa yang bisa menyeretku untuk tetap jatuh cinta padamu, dan berani menolak siapapun yang ingin mengisi sebagian hatiku. Ini bukan bodoh, ini kunamai pilihan. Ya, kaulah pilihan pertamaku, juga pilihan terakhirku. Tapi akulah pilihanmu yang tak pernah kaupilih.
Menunggumu adalah pilihan...
Aku tak pernah sebodoh ini sebelumnya..
Aku bukanlah seseorang yang sabar sebelum aku bertemu denganmu. Namun hadirmu mengajarkan arti menghargai, arti berusaha..
Apakah aku sedang berusaha?
Semua orang bisa menilai, aku tidak sedang berusaha. Aku tidak melakukan apa-apa..
Tapi Tuhan pun bisa menilai. Bagaimana caraku mendekapmu dengan doaku. Bagaimana caraku menjagamu dengan doaku. Bagaimana caraku memilikimu, dalam doa..
aku harap masa itu akan tiba, cepat atau lambat.. Terlalu muluk-muluk mungkin, tapi aku selalu berharap. Ketika kau akan berbalik dan tersenyum kepadaku, ketika kau akan menggenggam tanganku erat, ketika kau akan memelukku dan berbisik padaku bahwa kau juga mencintaiku, setelah kita terikat janji suci pernikahan..
lihatlah, harapanku terlalu muluk-muluk. Terlalu memikirkan pernikahan yang belum kumengerti sebenarnya. Tapi apalah arti aku mengerti semuanya jika tatapan matamu bisa menjelaskan?
Aku terlalu mengenal tatapanmu. Sayu. Bahkan membedakanmu pun cukup mudah untuk kutebak. Bukannya sombong, namun itulah yang kulakukan tiap malam, menikmati setiap pori-porimu. Men-zoom fotomu hingga ukuran maksimal, lalu kutelaah tiap tanda-tanda tubuhmu. Bodoh bukan?
Wajahmu pun terlalu sendu. Terlalu sendu untuk kurindukan. Terlalu acak-acakan ketika merindukanmu.. Sendu, namun teduh. Pernah sekali di sebuah gelanggang, tiba-tiba aku melihatmu, entahlah.. Tapi seperti biasa, aku berusaha berlari, bersembunyi, lalu menikmati keteduhan wajahmu..
LIHAT!! Benar-benar teduh! Tiba-tiba saja terik mentari tidak menyengatku. Kau benar-benar ajaib sebelum kusadari ternyata ada sebatang payung yang dibentangkan diatasku. Deg!
Aku benar-benar jadi orang bodoh sejak mengenalmu. Namun aku tetaplah gemilang. Masih dengan segudang prestasiku yang cukup layak dikatakan bahwa akulah anak yang tidak terpengaruh radiasi indahmu. Padahal, sembilan persepuluh hatiku telah terinfeksi senyummu..
Kau harusnya bangga dikagumi orang seperti aku –meski dalam diam. Kau harusnya bangga memiliki aku yang tak pernah lelah menunggumu, menunggu mimpi yang tak pernah kuusahakan. Kau harusnya bangga!
Tapi apalah arti hadirku jika hanya untuk mengganggumu? Buruk sekali.. Aku bukan pengganggu, aku pengagum.
Kapten, kuharap kau membacanya.. Tapi kemungkinan yang kuterka, paling cepat kau membacanya tahun depan, paling cepat.. Aku tahu kau dengan kemalasanmu yang selangit.., aku tahu kau..
Selamat tidur kapten, jangan memimpikanku ya^^
Mimpi akan mengganggu kualitas tidurmu, dan aku tak mau itu terjadi. Jadi tolong jangan mimpikan aku, juga jangan rindukan aku..
Ergh, kutarik kembali..
Ku mohon rindukan aku, karena disini aku sedang merindukanmu^^