Kamis, 12 September 2013

PART 1 : TERATAI: Tentang Hati Tanpa Bingkai

Hari ini, aku teringat kembali dengan kenangan setahun lalu. Kenangan dari sebuah lomba. Waktu itu ada dia, dan aku..
Aku tak mau bercerita panjang lebar tentangnya, cukup aku yang tahu. Aku hanya ingin bercerita gejolak yang ada dalam diriku..
Layaknya teratai, rasa ini tumbuh liar di tempat yang tidak seharusnya. Beranak-pinak, tumbuh, membesar dan makin membesar. Namun, betapapun indahnya sang teratai, ia tetap terlahir di tempat yang tidak tepat. Sungguh, ia lahir di tempat, di waktu, dan disaat yang benar-benar tidak tepat..
Nah, aku namakan rasa ini dengan nama Teratai..
Teratai yang kumiliki ini berbeda, semakin diinjak maka ia semakin membesar, semakin kukubur maka ia semakin berontak, semakin kusembunyi maka ia semakin meronta. Entahlah, aku hanya takut dengan  gejolak aneh ini..
Dan tibalah aku disaat pesonanya membelengguku..
Sorot matanya adalah sebuah kelemahan yang benar-benar menjatuhkanku, setiap lirikannya adalah panah yang bersiap menghujam jantungku.
Aku selalu takut, selalu takut.
Aku takut menatap binar matanya, sungguh. Mungkin bagi mereka, terataiku biasa-biasa saja. Tapi sungguh, inilah teratai terindah yang pernah kukenali..
Sedikit lengkungan senyumnya, hidung mancungnya, dan wajah tirusnya sudah lengkap menyempurnakan terataiku ini. Teratai yang meskipun tumbuh di tempat yang tak kuinginkan, pada akhirnya kunikmati juga indah hadirnya, walau hanya DALAM DIAM...